Bojonegoro, Bangjo.co.id – Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. (01/7/2022)
Sedekah Bumi atau yang biasa disebut dengan (Nyadran) dalam bahasa jawa ini juga sangat melekat pada masyarakat khusunya pulau Jawa.
Namun dengan berkembangnya jaman saat ini banyak sekali hal – hal yang dulunya sangat di junjung tinggi nilainya mulai pudar seolah menghilang perlahan seperti di telan bumi.
Desa Tapelan adalah salah satu Desa di Kabupaten Bojonegoro yang sampai saat ini tetap memegang teguh nilai – nilai jawa.
Dalam Memperingati Sedekah Bumi (Nyadran) ini Masyarakat Desa Tapelan menandai dengan diadakanya Langgen Tayub (Sindir) dalam bahasa Jawa.
Tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. Beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama, dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Oleh karena itu, sering terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).
Irianto Kepala Desa Tapelan Menjelaskan kepada awak media Bahwa “Upacara Sedekah Bumi merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi dari masyarakat kepada alam yang dilakukan di bulan apit pada penanggalan Jawa”. Jelasnya.
“Melalui tradisi ini warga berharap agar diberi banyak limpahan rezeki dan dijauhkan dari bahaya oleh Allah Yang Maha Kuasa. Sedekah bumi atau apitan juga dilakukan untuk mempererat persaudaraan antar warga. Selain itu sedekah bumi juga bertujuan meneruskan atau melestarikan budaya Jawa”. Imbuhnya
(Nugroho)