“Jumbo adalah milik kita, bagi anak-anak kita, serta untuk si kecil yang ada di dalam diri kita,” demikian disampaikan secara berulang pada acara Press Screening & Press Conference Jumbo.
Untuk produser eksekutif, Heri B. Salim, tujuan utama film Jumbo bukanlah semata-mata ingin menciptakan sebuah film khusus untuk anak-anak. Ini juga bukannya cuma menghasilkan film animasi biasa. Film Jumbo ditujukan sebagai produksi yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, jadi pesan-pesan moral di dalamnya yang merupakan hasil kerja generasi muda tanah air dirancang agar bisa diterima secara luas.
“Film ini (Jumbo) membicarakan sebuah narasi yang menakjubkan. Ceritanya memukau dengan tema-tema seperti keberanian, persahabatan, serta hal-hal lainnya, namun di sisi lain, kisah tersebut juga menyampaikan pesan-pesan berharga yang dapat diterima semua orang,” ungkap Heri saat berada di Epicentrum XXI, Jakarta, pada hari Kamis, 13 Februari.
Nilai-nilai yang ada dalam film Jumbo tersirat lewat perjalanan Don, sapaan “Jumbo” bagi kebanyakan teman-temannya. Don mencoba menghadapi tantangan untuk memproduksi sebuah pertunjukan menggunakan buku cerita warisan orang tu mereka. Tetapi serupa dengan bagaimana dia diremehkan atas gelar julukannya sebagai Jumbo, demikian juga harapannya pun mendapat hambatan.
Film Jumbo membawa penonton melalui serangkaian petualangan Don saat dia menghadapi berbagai rintangan menuju panggung, didukungi oleh teman karibnya, Oma, serta seorang gadis bernama Meri asal alam lain yang sedang mengejar pencarian kedua orangtuanya.
Walaupun tampak sederhana, sutradara dan juga penulis naskah film Jumbo, Ryan Adriandhy, menekankan bahwa Jumbo bertujuan untuk membawa penonton kembali kepada pengalaman masa kecil yang penuh keajaiban.
Ryan menekankan bahwa apa pun yang dapat diraih pada tahap sekarang merupakan hasil dari beragam kisah masa kecildi mana ia telah melewatkannya dengan orang-orang terdekatnya.
“Semoga kita semua yang telah menyelesaikan penayangan film Jumbo dapat memahami bahwa kadang-kadang kita mampu menemui keajaiban dalam hidup kita, di lingkungan sekitar kita, serta pada orang-orang terdekat kita. Kita pun kembali disadarkan bahwa kita berhasil mencapai titik ini karena kita pernah menjalani masa kecil penuh dengan berbagai cerita bersama banyak orang spesial,” ujar Ryan.
Agar dapat menyampaikan pesona dari film Jumbo dengan cara yang inovatif, Ryan menjelaskan bahwa tantangan utamanya ialah menciptakan narasi yang cocok untuk berbagai usia. Ia ingin agar film Jumbo mampu menghadirkan arti serta perasaan yang kuat bagi penontonnya.
“Bagaimana cara kita mempresentasikan film ini agar menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita, untuk anak-anak kita, serta untuk bayangan si kecil dalam diri kita? Setelah seluruh ide kita terwujud, kita sadar bahwa tidak mungkin melaksanakan semuanya seorang diri,” katanya.
Pada pembuatan film Jumbo, Ryan menyebutkan bahwa berbagai pihak turut serta dalam prosesnya. Mulai dari para penyiar suara yang melibatkan aktor anak-anak seperti Prince Poetiray, Quinn Salman, Yusuf Ozkan, Graciella Abigail, sampai Muhammad Adhiyat.
Terdapat juga beberapa artis terkenal seperti Ariel dari grup musik NOAH, Bunga Citra Lestari, Raga Riantiarno, Angga Yunanda, Cinta Laura Kiehl, hingga Kiki Narendra.
Pembuatan film Jumbo menggandeng lebih dari 400 seniman lokal Indonesia dan berlangsung selama lima tahun lamanya. Film ini pada akhirnya tak sekadar diputar di tanah air, namun juga disebarkan ke 17 negara lain termasuk Turki, Mongolia, serta beberapa negara lainnya.
Namun demikian, sebelum hal tersebut terjadi, film Jumbo akan ditayangkan secara bersama-sama untuk para penonton di Indonesia di bioskop-bioskop saat perayaan Lebaran tahun 2025.