Lego, sebuah permainan menyusun balok jadi miniatur benda tertentu yang pernah sangat populer di seluruh dunia.
Belum lama ini, tepatnya 23 Juni lalu, mainan asal Denmark mengumumkan hasil inovasi barunya yang lebih ramah lingkungan. Yah, sebuah prototipe balok Lego yang diproduksi dari bahan daur ulang botol plastik bekas.
Inovasi ini tergolong yang pertama terbuat bahan daur ulang serta memastikan kualitas dan standar keamanan yang lebih baik.
Sebenarnya, Lego Group mulai mendorong upaya sustainability perusahaan sejak 2015. Perusahaan ini juga tak lagi memakai plastik sekali pakai dalam kemasan mainan.
Mereka juga berkomitmen memperluas investasinya pada energi terbarukan. Dan terutama berinovasi dalam menggunakan bahan alternative yang lebih ramah lingkungan untuk setiap mainan plastiknya.
Dikutip dari Intelligentliving, pada 2019, perusahaan ini juga pernah mempopulerkan seri rumah pohon yang baloknya berasal dari material gula tebu. Bahan yang sama juga dipakai untuk mainan turbin angin dalam deretan koleksinya.
Namun, karena dinilai belum memenuhi standar, Lego pun mengembangkan bahan lain yang lebih kaku, kuat untuk elemen baloknya.
Hal inilah yang kemudian menuntun mereka memanfaatkan PET dari limbah botol. Setelah melewati 250 proses uji material, bagian riset pengembangan produk, menemukan teknologi peracikan tepat untuk mengubah limbah plastik jadi bahan Lego mereka.
Kami sangat senang sekali dengan penemuan ini. Tantangan terbesar pada perjalanan keberlanjutan kami adalah memikirkan kembali dan berinovasi pada material yang tahan lama, kuat, berkualitas tinggi dan cocok dengan produk Lego yang telah ada selama 60 tahun, kata Tim Brooks, Presiden Utama Divisi Tanggung Jawab Lingkungan Lego Group.
Rencana akan produksi massal
Dari data perusahaan, proses teknologi baru mampu mengubah botol PET bekas ukuran 1 liter menjadi 10 buah balok 2×34 Lego.
Meski demikian, perusahaan menegaskan betapa pentingnya mereka melakukan tahapan uji lagi berkali-kali. Setidaknya, sebelum produknya dalam fase produksi masal hingga ada di tangan anak-anak.
Kabarnya, tahapan produksi akan dimulai di tahun depan.
Tahun lalu, Lego bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) dalam kampanye perubahan iklim. perusahaan melakukan investasi pada pembangkit tenaga angin untuk memotong dampak emisi karbonnya (CO2).
Hal ini dilakukan pada lini produksi dan suplai produk. Lego bahkan sudah mencapai 100% energi terbarukan pada 2019, atau 3 tahun lebih awal dari yang direncanakan.
Sementara penemuan material daur ulang PET ini merupakan langkah tepat menuju target 100% produk keberlanjutan pada 2030 dan pengemasan pada 2025.