BEKASI, Bangjo.co.id
Kepala Desa Srijaya Canih Hermansyah mengatakan bahwa pembersihan bangunan tidak sah (bangli) dalam area yang dikendalikannya saat kedatangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berlangsung tanpa mematuhi protokol operasional resmi (SOP).
Ternyata, penghancuran bangunan di tepian Sungai Sepak yang terletak di Desa Srijaya dan Desa Srimukti, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, dilaksanakan hari ini, Jumat (14/3/2025). Tindakan tersebut dilakukan tanpa adanya pemberitahuan tertulis maupun sosialisasi kepada masyarakat setempat.
Oleh sebab itu, Canih mengecam metode Dedi dalam meruntuhkan berbagai rumah tradisional di daerah tersebut. Lebih dari itu, Canih mendeskripsikan Dedi sebagai penguasa yang otoriter lantaran membuat kekacauan diwilayahnya sendiri.
“Coba dipikir, membuat heboh hanya untuk membingungkan orang. Hanya Pak Gubernur yang menerapkan kepemimpinannya dengan cara otoriter, karena merasa dirinya sebagai Gubernur tak perlu memperhatikan situasi sekitar,” ujar Canih kepada
Bangjo.co.id
di lokasi, Jumat.
Canih juga mengungkapkan bahwa tahap penghapusan tersebut mirip dengan periode kolonialisme.
Karena itu, penduduk diharuskan mengosongkan bangunan mereka tanpa adanya pengumuman sebelumnya.
“Ini adalah negeri, bukan tanah jajahan, kita telah memperoleh kemerdekaan. Ini berarti harus mengikuti Standar Operasional Prosedur terlebih dahulu sesuai aturan yang ada,” kata dia tegas.
Walaupun memberikan kritik, Canih menyatakan dirinya sangat mensupport pengembangan wilayah tersebut. Akan tetapi, dia merasa metode pembangunan yang dijalankan oleh Dedi tidak tepat.
“Ikut membantu membangun wilayah itu baik-baik saja menurutku, tapi metodenya perlu diperbaiki. Kita sudah berada di era modern sekarang,” tambahnya.
Sekitar Gubenkur Jawa Barat Dedi Mulyadi serta Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang telah mengawaki proses penghancuran 60 gubug yang berada di tepi Sungai Sepak pada Desa Srimukti dan Desa Srijaya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada hari Jumat, tanggal 14 Maret 2025 mulai dari jam 10:00 Waktu Indonesia Bagian Barat.
Pada operasi tersebut, sebuah excavator digunakan untuk menghancurkan beberapa gedung yang terletak di tepian Sungai Sepak.
Di situs ini, bangli itu telah menjadi rumah dan juga warung bagi penduduk lokal selama bertahun-tahun.
Mereka terpaksa harus menerima bahwa bangli itu akan dirusak saat sebuah alat berat mulai mendekati barisan bangli tersebut.
Wana (55), seorang pedagang sate dari Bangli, menyatakan tidak pernah menerima informasi tentang penertiban gedung yang dilaksanakan di hari itu.
Dia hanya memiliki data bahwa penggusuran terjadi pada tanggal 10 April 2025.
“Tanggal 10 April akan diratakan setelah Lebaran. Siapa yang tahu hari ini? Lurah tidak tahu, Camat juga tidak tahu. Tiba-tiba saja hari ini,” ungkap Wana di tempat kejadian, Jumat.