Masa depan Bumi terletak pada dua tempatlaut dan daratan. Di laut terdapat terumbu karang, yang keberadaannya sangat penting bagi ekosistem laut.
Karena ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut itu sendiri. Ia memiliki peran yang krusial dengan menjadi sumber kehidupan bagi biota laut.
Manfaat terumbu karang bukan hanya untuk biota laut, tapi juga untuk manusia. Sebab terumbu karang bisa difungsikan sebagai wahana rekreasi.
Banyak orang rela menghabiskan waktu dan merogoh sakunya agar bisa menyelammenikmati keindahan terumbu karang.
Sebagai wahana rekreasi (wisata bahari), tentu terumbu karang memiliki peran yang penting untuk membuat orang (manusia) terlerai dari stres dan kejenuhan.
Selain itu, terumbu karang juga menjadi penyumbang produksi, yakni sebagai sumber bahan pangan dan ornamental yang juga manfaatnya dirasakan langsung oleh manusia.
Tak berhenti di situ saja, terumbu karang memiliki pula nilai konservasi, khususnya dalam mendukung proses ekologis. Ia juga menjadi penyangga kehidupan pesisir dan sumber sedimen pantai. Keberadaannya bisa pula berfungsi sebagai pelindung pantai dari ancaman abrasi.
Melihat manfaatnya yang begitu besar, maka sebenarnya tak ada alasan bagi kita untuk merusaknya. Karena manfaatnya yang begitu banyak, paling banyak pula dinikmati oleh manusia.
Bahkan Suharsono, (2010) mengatakan bahwa secara ekonomi nilai terumbu karang di Indonesia mencapai 4,2 miliar USD. Itu baru dari aspek perikanan, wisata, dan perlindungan laut. Belum termasuk nilai manfaatnya sebagai sumber pangan, pelindung pantai, dan obat-obatan.
Endapan berupa kalsium karbonat
Terumbu karang merupakan endapan masif yang berupa kalsium karbonat. Ia dihasilkan oleh hewan karang Cnidaria yang bersimbiosis dengan Zooxanthella. Ia termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.
Bentuk terumbu karang bervariasi dalam hal bentuk pertumbuhan koloninya. Hal itu karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan, semisal ketersediaan bahan makanan, intensitas cahaya matahari, sedimen, hydrodinamis (gelombang dan arus), subareal exposure dan faktor genetik.
Populasi yang mendominasi suatu habitat juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. karena itulah jika kondisi lingkungan sesuai dengan spesies karang tertentu. Bisa dipastikan dalam suatu habitat dapat didominasi spesies karang tersebut.
Untuk daerah rataan terumbu karang, biasanya didominasi oleh karang karang kecil. Karang ini umumnya umumnya masif dan submasif. Pada lerengnya kadang ditumbuhi karang-karang bercabang, sedangkan karang masif lebih banyak mendominasi di terumbu terluar dengan kondisi berarus.
Castro and Huber, (2005) menerangkan jika terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik kapur beserta ekosistem yang menyertainya, yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut.
Ekosistem krusial
Ekosistem terumbu karang telah dinobatkan sebagai ekosistem yang krusial di perairan laut dangkal. Khususnya pada wilayah pesisir. Itu karena ia mengandung potensi berbagai jenis sumberdaya yang penting bagi kehidupan manusia.
Karenanya, umat manusia harus memposisikannya sebagai sesuatu yang penting. Karena ketiadaannya bisa membuat ekosistem pesisir tergerus sehingga bisa menimbulkan kerusakan.
Burker, (2002) menegaskan jika ingin terumbu karang tumbuh baik, maka diperlukan kualitas perairan alami. Karena terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama sedimentasi, suhu, salinitas, dan eutrofikasi.
Sayangnya, saat ini terumbu karang banyak yang rusak. Penyebab utama kerusakannya adalah manusia. Terutama disebabkan karena adanya kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yakni dengan menggunakan bahan peledak, bahan beracun sianida, penambangan karang untuk bahan bangunan, penambatan jangkar perahu, serta akibat dari sedimentasi.
Indonesia, sebagai negara dengan laut yang luas dan terumbu karang melimpah. Tak lepas dari ancaman kehilangan terumbu karangnya di masa depan (mendatang)
Dari hasil survey line transect yang dilakukan oleh, Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bahwa tutupan karang hidup di Indonesia yang masih sangat baik hanya tinggal 6,20%, kondid rusak sebanyak 28,30%, dan kondisi rusak parah mencapai 41,78%, (Aziz dalam Suharsono, 2013).
Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa kondisi karang di Indonesia telah berada di gerbang mengkhawatirkan.
Isu kerusakan terumbu karang di Indonesia menurut Aziz Salam, dkk (2013) sudah lama, yaitu sejak masa 1990-an. Artinya kerusakan terumbu karang di Indonesia sudah lama terjadi. Ini tentu jadi ancaman di masa depan bagi generasi bangsa ini.
Hal ini tentu patut disesali, karena kerusakan itu bisa menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup biota laut dan tentunya juga bagi manusia.